Dalam menjalankan kehidupan
sehari-harinya seorang individu memerlukan interaksi atau dengan kata
lain memerlukan suatu hubungan sosial dengan masyarakat disekitarnya,
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik dalam segi biologis, psikologis
dan juga kebutuhan sosialnya. Berinteraksi berarti seorang individu
harus berhubungan dengan manusia lainnya baik langsung maupun tidak
langsung, jika secara langsung mereka akan saling bertemu satu sama
lain. Pada aktifitas inilah seseorang individu dapat tertular penyakit
yang diderita manusia lain, salah satunya adalah Tuberculosis. Jika
tuberculosis ini menjangkit daerah tulang belakang maka akan
mengakibatkan terjadinya spinal cord injury yang dapat mengakibatkan
kelumpuhan.
Spinal cord injury adalah suatu
kerusakan pada medulla spinalis akibat trauma atau non trauma yang akan
menimbulkan gangguan pada sistem motorik, sistem sensorik dan vegetatif.
Kelainan motorik yang timbul berupa kelumpuhan atau gangguan gerak dan
fungsi otot-otot, gangguan sensorik berupa hilangnya sensasi pada area
tertentu sesuai dengan area yang dipersyarafi oleh level vertebra yang
terkena, serta gangguan sistem vegetatif berupa gangguan pada fungsi
bladder, bowel dan juga adanya gangguan fungsi sexual.
Meskipun penyebab yang sering
terjadi pada spinal cord injury ini adalah trauma seperti fraktur
vertebra yang biasanya disebabkan karena kecelakaan lalu lintas, jatuh
dari ketinggian, kecelakaan dalam olahraga, terbentur keras &
kecelakaan dalam bekerja. Namun ada juga yang karena infeksi yang
menyerang pada collumna vertebralis sehingga dapat merusak medulla
spinalis.
Fisioterapi dapat berperan sejak
fase awal terjadinya trauma sampai pada tahap rehabilitasi. Pada
penderita SCI kerusakan yang terjadi pada medulla spinalis bersifat
permanen, karena seperti yang kita ketahui bahwa setiap kerusakan pada
sistem saraf maka tidak akan terjadi regenerasi dari sistem saraf
tersebut dengan kata lain sistem tersebut akan tetap rusak walaupun ada
regenerasi akan kecil sekali peluangnya. Berdasarkan hal tersebut maka
intervensi yang diberikan oleh fisioterapi pun bertujuan untuk
meningkatkan kemandirian pasien dengan kemampuan yang dimilikinya untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Seminar Life with Spinal Cord
Injury, Is Not the End of the World yang berlangsung pada 4 Juni 2014
lalu Kampus Esa Unggul dengan 4 (empat) orang narasumber di antaranya
dr. Luthfi Gatam, Sp.OTk (Spine) seorang ahli orthopedi yang berbicara
tentang cara-cara pengobatan terkini dalam review of anatomy physiology,
Sugijanto, Dipl.PT, S.Ft, M.Kes (Dekan dan Physiotherapist), M.Irfan
SKM, S.Ft, M.Fis (Dosen dan Physiotherapist), Sulis Mariyanti, Dra,
M.Psi.Psi (Dekan F.Psikologi dan Psikolog), sedangkan sebagai moderator
Syahmirza Indra Lesmana, SKM, S.FT, M.Or.
Acara yang dibuka oleh Dekan
Fakultas Fisioterapi Sugijanto, Dipl.PT, S.Ft, M.Kes mengatakan dalam
ilmu Fisioterapi diperlukan memberikan pendalaman yang sistimatis agar
Ilmu Fisioterapi dapat menjadi rujukan ilmu kedokteran yang dapat
dibanggakan, katanya.
Sementara itu M. Irfan lebih fokus
berbicara mengenai efek epidemiology berdasar data kecelakaan bermotor,
jatuh, kejahatan / kekerasan yang cukup tinggi intensitasnya di
masyarakat sampai menembus angka 22% di usia produktif antara 34th
hampir menembus angka 100.000 kasus pertahun, katanya.
Sementara Sulis Mariyati memberi
gambaran penanganan psikologis, penderita gangguan fisik akibat Spinal
Cold Injury. Terutama gangguan motorik hingga muncul kelumpuhan,
gangguan gerak, fungsi otot dan gangguan sensorik dan gangguan fungsi
sexual.
Spinal cord injury merupakan salah
satu kasus yang cukup besar menimpa masyarakat kota pada masa sekarang
ini. Apabila kasus ini tidak ditangani secara cepat dan tepat dapat
mengakibatkan penurunan kualitas hidup seseorang atau bahkan kematian.
Seseorang yang mengalami spinal cord injury seringkali mengalami
ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, bekerja,
bersosialisasi, dan kehilangan rasa percaya diri yang semuanya itu jika
tidak diatasi dapat membawa penderita tersebut mengalami masalah yang
lebih besar lagi yang menurunkan kualitas hidupnya, juga dapat berakibat
kepada keluarga, serta orang-orang disekitarnya.
Peran fisioterapis menurut KepMenKes
1363 Pasal 1 ayat 2 adalah “Bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan
kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (
fisik, elektroterapeutis dan mekanis ), pelatihan fungsi, komunikasi “.
Fisioterapi sebagai salah satu
pemberi pelayanan kesehatan dapat memberikan sumbangan ilmu dan
kemampunnya dalam meningkatkan kualitas hidup penderita spinal cord
injury. Hal ini dapat dilakukan karena bidang kajian pelayanan
fisioterapi dan masalah yang ditangani fisioterapi dalam praktek
sehari-hari adalah masalah atau gangguan gerak dan fungsi. Seperti kita
ketahui bersama bahwa masalah penurunan kualitas hidup penderita spinal
cord injury ini lebih banyak diakibatkan karena ketidakmampuan untuk
bergerak dan berfungsi baik secara organ dan sistem dalam memenuhi tugas
dan kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, tempat
kerja, dan lingkungan sosialnya. Dalam hal ini fisioterapi jelas sangat
diperlukan untuk memberikan latihan-latihan, edukasi, baik kepada pasien
maupun keluarganya untuk membantu pasien dalam mengatasi gangguan gerak
dan fungsi yang diakibatkan spinal cord injury tersebut. (Is.A/Est)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar