Wahyudin, Doktor (S3) Fisioterapi Pertama di Indonesia
Pria kelahiran Luwuk Utara, 4 Desember
1974 ini terlihat sibuk berkutat dengan laptopnya saat kami temui di
ruang kerjanya di Fakultas Fisoterapi Universitas Esa Unggul, saat ini
ia sedang Fokus menyelesaikan Revisi disertasinya yang berjudul “EFFECT OF MUSCLE ENERGY TEKNIQUE IN PATIENTS WITH CHRONIC LOW BACK PAIN OF ZYGAPOPHYSEAL JOINT ORIGIN”
setelah mengikuti sidang terbuka pada tanggal 25 Oktober 2016 di
Mahidol University Thailand, dan dinyatakan lulus S3 (Doktoral).
Pertama di Indonesia
Benar ia merupakan lulusan S3
Fisioterapi yang pertama dari Indonesia, ia mendapatkan beasiswa dari
DIKTI ketika itu tahun 2010, beasiswa itu tidak ia sia-siakan dibuktikan
dengan diselesaikannya program Doktoral tersebut di Negeri Gajah
Putih.
Universitas Esa Unggul Fakultas
Fisioterapi merupakan tempat ia berkerja sebagai seorang Dosen sampai
saat ini dan sampai akhirnya ia memutuskan mengambil doctoral di Mahidol University Thailand setelah menyelesaikan S2-nya di Asia University Taiwan, dan saat ini ia kembali aktif sebagai dosen di Unievrsitas Esa Unggul.
Membanggakan orang tua.
Pria yang hobi olahraga tenis meja ini
berkisah awal mulai ia ke Jakarta pada tahun 2000 berangkat setelah
terinspirasi bertemu Pak Jon pada tahun 2000 (Harjono, Ph.D, alm) Dekan
Fisioterapi Esa Unggul kala itu, di salah satu seminar Fisoterapi di
Makasar, melaui Pak Jon ini ia juga akhirnya berangkat ke Jakarta dengan
bekal dari orang tua yang seorang guru menjual sebidang kebunnya, untuk
bekal biaya meneruskan pendidikan D3 yang sudah di dapat. Ia juga
pernah gagal masuk Fakultas Ekonomi di suatu PTN dan hal itu tidak
menyurutkan tekadnya untuk dapat membanggakan kedua orang tuanya.
Wahyudin merupakan anak pertama dari 7
bersaudara dan berkisah bahwa ia terinpirasi ayahnya yang seorang guru
yang bercerita di depan kelas ketika mengajar ,” ia akan menjadi ayah yang gagal jika tidak dapat mendorong anak anaknya lebih dari pendidikannya”
saat itu D3 pendidikan terakhir sang ayah, hal itu ia buktikan dengan
menyelesaikan sampai dengan S3 dan itu sudah ia buktikan dan tentunya
sangat membuat kedua orang tuanya bangga.
Riset sangat berpengaruh
Perkembangan Fisioterapi di Indonesia
terlihat ketinggalan jika di bandingkan dengan Negara Negara lain
khususnya di Asia, ia bertekad akan mengembangkan riset , riset menjadi
salah satu kelemahan di Indonesia khususnya Fisioterapi. Saat ini ayah
dari 1 anak ini sudah berencanakan Joint Research dengan pembimbingnya
di Thailand, ini merupakan riset antar negara yang diharapkan dapat
memberikan motivasi bagi perkembangan kemajuan Dunia Fisioterapi di
Indonesia. (RZR)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar